21/01/11

Proyek oh proyek.........

-->
Saat menulis cerita ini saya ada di lokasi dimana teknologi P25 dideploy, sebuah site di wilayah utara Bogor dengan posisi site ada di lantai 15 atau roof top sebuah gedung megah. Antena sistem dipasang di atas tower dengan tinggi 20 meter. Di bawah atap gedung, dimana site tersebut dibangun, sistem kami berdampingan dengan tangki-tangki air untuk kebutuhan gedung tersebut. Terletak di sebuah area ukuran 4 x 4 meter persegi, tetapi sayangnya shelter kami Cuma 2 x 3 meter persegi saja.
Shelter ini terasa sangat sempit, jeda ruang di depan rak 19” Nirak hanya sekitar 80 centimeter saja, sedangkan jeda ruang di belakangnya hanya tidak lebih dari 45 centimeter saja. Sebuah situasi yang sangat tidak nyaman, karena sempit untuk maintenance. Sungguh mengherankan karena speksifikasi berbicara 3 x 4 x 3 meter kubik untuk persyaratan shelter. Untuk  jenisnya permanent bukan, tetapi CKD juga bukan, entah masuk golongan apa jenisnya, mungkin golongan kafir kali ya. Biasanya semua selalu dilebih-lebihkan dengan alasan mengantisipasi perkembangan ke depan. Lalu kemana semangat antisipasinya tersebut ?  Siapa yang memberikan rekomendasi tersebut ?
Itu baru segi pekerjaan fisik saja, belum dari sistem teknologinya. 5 chanal digital bekerja dengan frekuensi error 50 Hz, sebuah nilai yang cukup baik.  Sementara untuk sistem analog memiliki frekuensi error 40 Hz.  Tetapi dari 5 chanal digital, 1 chanal tdak dapat diaktifkan karena interferen. Sedangkan untuk sistem analog belum dapat ditest operasional karena kendala alokasi frekuensi (re-use freq), tetapi dari 7 chanal hasil relokasi tersebut chanal 5 tidak memiliki power output. Jadi ya...........mohon maaf.
Jauh sebelum implementasi proyek ini sudah diingatkan oleh kami rakyat jelata soal pair frekuensi ini, tetapi seperti kata pepatah Kafilah menggonggong anjing tetap berlalu ( maaf kami di sini sebagai kafilah bukan anjing ). Ketika kemudian ada pengurusan pelebaran bandwidth sebesar 2 megahertz, mengapa monitoring frekuensi berikut manajemen frekuensi tidak dilaksanakan ? Emang kumpeni pikir  pada band tersebut clear ?  Apa kumpeni pikir kita akan menutup mata akan hal ini ?
Dari 7 chanal analog, 4 chanal dikoneksikan dengan 4 port analog di site router. Sehingga 3 port lainnya terpaksa menggunakan link radio yang menembak talkgroup sistem di Site Induk. Interkoneksi site ini ke site induk dilakukan dengan menggunakan jalur VPN dengan bandwidth 256 kbps. Apakah bila sistem ini mengantispasi ke depan tidaklah lebih baik menggunakan microwave ? Memang berat memelihara microwave, tetapi mengapa harus timbul biaya lagi yang dibebankan kepada tagihan  kami akibat pembangunan sistem ini. Tetapi ini mungkin pilihan terbaik sehingga kita tidak perlu lagi memikirkan link, karena organisasi kami juga semakin kecil.
Kembali ke permasalahan awal konsepnya sudah bagus, perjuangan mendapatkan 7 ch dengan 4 ch yang bisa interkonek melalui site router. Kita harus mengapresiasi pejuang amandemen yang bisa merubah 2 analog menjadi 7 analog.
Tinggal memperbaiki sebagaimana seharusnya, no bargaining, no lobby, no unfaith. Jangan tiba-tiba semua orang ingin menjadi pak Tarno "Tolong dibantu ya !", kalau terjadi.....simsalabim jadi apa ? Jadi kodok lu !!!!!

Tidak ada komentar: