21/01/11

Sebuah kekhawatiran....

Entah kenapa kok lagi pingin nulis lagi ya ? padahal kalo ngikutin hati ini sebenernya dari kemaren-kemaren dah pengen bangeud nulis, cuma rasa kesia-siaan membuat malah menggerakkan jari-jemari untuk menulis.

Banyak bener yang pengen dituangkan karena gundah gulana hati setelah melihat beberapa hal yang menurut ane ganjil bin aneh. Mulai dari tidak keluarnya Ijin ane untuk  mengikuti Course GRATIS di Korea, melihat perubahan-perubahan dari isi pekerjaan para rekanan, mendengar kisruh tentang SEPAKAT, mendengar banyak hal yang semua terpatri di dada ini yang membuat miris hingga kering airmata dan peduli ini.

Dan kemaren ane ngabur ke kampung sebelah buat lihat exhibition, ane dah incer tuh semua teknologi tentang VSAT dan semakin kita sadari bahwa banyak teknologi di luaran sono yang mampu menjawab semua kebutuhan kantor tempat ane bekerja. Ane kagak ngarti soal anggar menganggar tetapi kenapa kagak milih yang kayak begonoan teknologinya, ampe saking keselnya ane foto tuh dummy Mobil Command Center-nya dan ane upload di fesbuk ane.

Kalo aja semua duduk bareng,.......ah tapi kapan ya.

Tuh kan langsung Ill Fill lagi..........males ah.

Proyek oh proyek.........

-->
Saat menulis cerita ini saya ada di lokasi dimana teknologi P25 dideploy, sebuah site di wilayah utara Bogor dengan posisi site ada di lantai 15 atau roof top sebuah gedung megah. Antena sistem dipasang di atas tower dengan tinggi 20 meter. Di bawah atap gedung, dimana site tersebut dibangun, sistem kami berdampingan dengan tangki-tangki air untuk kebutuhan gedung tersebut. Terletak di sebuah area ukuran 4 x 4 meter persegi, tetapi sayangnya shelter kami Cuma 2 x 3 meter persegi saja.
Shelter ini terasa sangat sempit, jeda ruang di depan rak 19” Nirak hanya sekitar 80 centimeter saja, sedangkan jeda ruang di belakangnya hanya tidak lebih dari 45 centimeter saja. Sebuah situasi yang sangat tidak nyaman, karena sempit untuk maintenance. Sungguh mengherankan karena speksifikasi berbicara 3 x 4 x 3 meter kubik untuk persyaratan shelter. Untuk  jenisnya permanent bukan, tetapi CKD juga bukan, entah masuk golongan apa jenisnya, mungkin golongan kafir kali ya. Biasanya semua selalu dilebih-lebihkan dengan alasan mengantisipasi perkembangan ke depan. Lalu kemana semangat antisipasinya tersebut ?  Siapa yang memberikan rekomendasi tersebut ?
Itu baru segi pekerjaan fisik saja, belum dari sistem teknologinya. 5 chanal digital bekerja dengan frekuensi error 50 Hz, sebuah nilai yang cukup baik.  Sementara untuk sistem analog memiliki frekuensi error 40 Hz.  Tetapi dari 5 chanal digital, 1 chanal tdak dapat diaktifkan karena interferen. Sedangkan untuk sistem analog belum dapat ditest operasional karena kendala alokasi frekuensi (re-use freq), tetapi dari 7 chanal hasil relokasi tersebut chanal 5 tidak memiliki power output. Jadi ya...........mohon maaf.
Jauh sebelum implementasi proyek ini sudah diingatkan oleh kami rakyat jelata soal pair frekuensi ini, tetapi seperti kata pepatah Kafilah menggonggong anjing tetap berlalu ( maaf kami di sini sebagai kafilah bukan anjing ). Ketika kemudian ada pengurusan pelebaran bandwidth sebesar 2 megahertz, mengapa monitoring frekuensi berikut manajemen frekuensi tidak dilaksanakan ? Emang kumpeni pikir  pada band tersebut clear ?  Apa kumpeni pikir kita akan menutup mata akan hal ini ?
Dari 7 chanal analog, 4 chanal dikoneksikan dengan 4 port analog di site router. Sehingga 3 port lainnya terpaksa menggunakan link radio yang menembak talkgroup sistem di Site Induk. Interkoneksi site ini ke site induk dilakukan dengan menggunakan jalur VPN dengan bandwidth 256 kbps. Apakah bila sistem ini mengantispasi ke depan tidaklah lebih baik menggunakan microwave ? Memang berat memelihara microwave, tetapi mengapa harus timbul biaya lagi yang dibebankan kepada tagihan  kami akibat pembangunan sistem ini. Tetapi ini mungkin pilihan terbaik sehingga kita tidak perlu lagi memikirkan link, karena organisasi kami juga semakin kecil.
Kembali ke permasalahan awal konsepnya sudah bagus, perjuangan mendapatkan 7 ch dengan 4 ch yang bisa interkonek melalui site router. Kita harus mengapresiasi pejuang amandemen yang bisa merubah 2 analog menjadi 7 analog.
Tinggal memperbaiki sebagaimana seharusnya, no bargaining, no lobby, no unfaith. Jangan tiba-tiba semua orang ingin menjadi pak Tarno "Tolong dibantu ya !", kalau terjadi.....simsalabim jadi apa ? Jadi kodok lu !!!!!

19/01/11

Antara Anyer dan Jakarta

Syahdan sebuah pekerjaan besar di 6 kota besar di sebuah negara besar nun jauh di seberang belahan dunia lainnya. Sebuah proyek pembangunan jaringan komunikasi radio yang berbunyi sistem radio digital, dimana Acceptance testnya baru saja usai beberapa bulan yang lalu dan permasalahan sudah mulai bermunculan sejak test dilaksanakan terhadap sistem tersebut. Sebuah kejadian dimana cita-cita tak pernah terwujud dalam kenyataan.
Entahlah kali ke berapa kejadian ini selalu ber-ending sedih. Teman saya yang membuat laporan karena dia paling yunior tetapi pada akhirnya sang editor-lah yang menentukan isi laporan teman saya tersebut, sehingga teman saya bisa  berteriak lantang "uink euweuh pangaruhna".
Sekali lagi saya mengulas kata mengantisipasi kedepan, belum genap satu semester sistem baru sudah muncul bernama APCO P25 yang dikonsultani sebuah tim independen bentukan pimpinan dimana teman saya bekerja. Artinya sistem radio digital di 6 kota besar, yang tidak sama dengan sistem digital APCO P25, siap-siap untuk dikubur dengan kafannya berupa tidak adanya dana pemeliharaanyang mencukupi karena harga barang diskontinyu sangat mahal.
Teman saya bercuriga bahwa munculnya per-APCO-an karena untuk menambal sistem Quick-Quick yang gagal (siskomnya) dan sistem Bone-Bone yang sudah diprediksi akan sulit sekali mewujudkannya menjadi nyata sesuai cita-cita (padahal ini proyek terbesar yang pernah ada, 1 Trilyun boo). Saya berharap semoga saja kecurigaan teman saya tidak benar adanya, sebab kasihan sekali negara dan rakyat dimana teman saya tinggal. Miskin tapi pemerintahnya ga mau ngaku miskin, Maunya ngutang melulu.
Dibanding teman saya, Saya masih beruntung menjadi warga negara Republik Indonesia yang kaya raya gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharja, ga pernah ngutang, ga ada korupsi, ga............bener deh kayaknya pujian saya tersebut, tai biarlah toh temen saya ga tau ini kalo apa yang terjadi di negaranya mungkin juga terjadi di negara saya.
Biar ga tau makanya saya beri judul tulisan ini dengan menggunakan judul lagu, maksudnya adalah di Anyer sana ada sistem radio digital non OPAC dan di Jakarta sedang dibangun sistem radio digital OPAC.........loh sama ga sih jadinya dengan kondisi teman saya itu ? mirip ya ? Lieeeuuuurrrr ........nyanyi aja yuk.
Antara Anyer dan Jakarta jalannya rusak (diyanyikan ya mbacanya !).
Antara Anyer dan Jakartaaaaaaaaaaaaaaaaaaa..........!!!!!!

FAT JATENG 2010

Sebuah keajaiban ketika seorang Budi Hariyanto dapat berangkat tugas ke luar negeri bukan untuk urusan gila seperti di Sudan dulu, harus diakui budi diberangkatkan ke Sudan dulu karena negara butuh orang gila yang menangani komlek di sana. Kalau bukan karena "bapak itu" ga mau berangkat maka yakin seyakin-yakinnya budi tidak akan berangkat tugas dimana tiketnya saja sudah USD 6,600. Ya untuk meyakinkan pembaca, kalimat pertama yang saya denger di negeri jauh tersebut adalah "kok bisa bapak yang datang ?". Ane jawab emang gua pikirin.
Banyak hal yang bisa saya dapat di sini, ketika saya banyak bertanya tentang sistem ini, mungkin terlalu banyak untuk orang yang tidak pernah sekolah dan mungkin saya juga tidak tahu apa maksud pertanyaan saya, yang jelas pertanyaan itu membuat terbuka bahwa perwakilan mereka di Indonesia saja masih belajar apa itu APCO P25 ( bayangkan ? apalagi yang jualan lha yang perwakilannya aja baru belajar karena ada proyek ini di lembaga saya bekerja).
Pelajaran yang kedua akibat pertanyaan saya adalah sebuah pertanyaan dari pihak bule-nya. Apakah saat anda membelikan sepatu untuk anak anda, anda sebelumnya bertanya dulu kepada anak anda tentang sepatu yang ingin anda belikan untuknya ? Saya tidak menjawab tetapi bahasa tubuh saya mengatakan lha iya lah sehingga si bule kembali berkata, bila anda bertanya kepada anak anda, mengapa anda tidak bertanya kepada Jawa Tengah yang mana sistem radio ini akan diimplementasikan. Selanjutnya saya terdiam dan mules perut sehingga tidak mau nanya-nanya lagi.
Saya menyakini bila republik ini mau bertanya dulu ke Jawa Tengah, belum tentu sistem ini yang akan dibeli oleh republik ini. Saya yakin mereka akan mengutamakan coverage dan jumlah alkom yang banyak daripada berargumen High Tech. Dan saya yakin pada akhirnya bila itu terjadi maka keuntungan akan semakin kecil bagi penjarah-penjarah uang republik ini, makanya hal itu tidak dilakukan.........kan udah sukur gua beliin (kata pejabatnya).
Saya berharap semoga ini menjadi kebodohan kita yang terakhir dalam proses pembangunan kedepannya. Semoga apa yang kita beli adalah hal yang memang kita butuhkan, sehingga tepat guna adalah pertimbangannya. Tidak usah berbicara antisipasi ke depan, Krakatau steell saja yang dibuat untuk mengantisipasi pembangunan strategis yang dipikirkan oleh bapak bangsa, yang dibangun dengan cara ngutang toh akhirnya dijual juga saat sudah lunas dan harga baja lagi tinggi..........jadi kalo sampai kita mengambil langkah bodoh ya jangan sampai sebodoh itu lah. 

18/01/11

Selamat tinggal Gensetku.

Kejadiannya kemaren, saat pergantian tahun, saat penugasan Pengamanan yang masih merupakan bagian dari Operasi Lilin 2010. Seperti biasa saya tak pernah punya kesempatan memilih, semua sudah diputuskan oleh 'teman saya itu' untuk bertugas di Anyer, tepatnya Pantai Sambolo ( bener ga tulisannya ? ).
Ga ada yang istimewa, semua biasa saja soal penugasan ini, yang istimewa adalah semua kemudahan yang saya yakin dari Allah SWT sehingga semua hal yang susah dapat dilalui dengan ringan bahkan ga masuk akal. Mulai dari Pointing yang tanpa pointing, pergeseran lokasi deploy dan re pointing tanpa pointing, gambar dan suara yang bagus tekirim, dan lain-lain.
Yang membuatku menulis adalah karena ini adalah kali terakhir saya bertugas bersama dengan genset yang sejak memegang gajah saya tidak pernah berani menghidupkannya. Pertama, dulu sangat susah menghidupkannya, kedua, dulu pernah menghidupkannya tetapi bukan mesin yang hidup tetapi api yang berkobar yang hidup, ketiga, genset terlalu berat sehingga kendaraan sulit bergerak di jalan menuju Anyer karena jalan rusak.
Selamat tinggal gensetku, maaf sudah kuniatkan dirimu untuk diturunkan, karena tempatmu lebih bermanfaat digunakan benda lainnya, dan semoga dengan turunnya dikau maka pemeliharaan tidak cuma ulukutek tv ma kabel lagi alias dapat genset yang baru dengan kapasitas 6 KVA saja yang ringkas dan compact.
Meskipun Gajah saat pulang tidak mogok dan tidak bikin repot saat balik kanan percayalah dikau tetap akan kuturunkan.....percayalah bukan karena mogok dikau kuturunkan.....tetapi memang kamu ga bergunaaaaaaa !!!!!!!!!